Contact Me

Feel free to discuss @ivan_arista


Thursday 12 August 2010

Hari Minggu Toko Tutup, Hari Ini Toko Tutup, Maka Hari Ini Hari Minggu.

Apakah anda menganggap pernyataan di atas adalah benar? Jika anda menganggapnya benar, maka seberapa bodohnya pikiran anda! Jangan mudah tertipu, teman!

Saya boleh dikatakan seseorang yang paling menentang generalisasi. Semoga saya tidak salah memberikan nama untuk kalimat-kalimat serupa demikian. Mengapa saya katakan hal itu tidak benar? Kita cermati sekali lagi pernyataan di atas. Hari Minggu toko tutup, hari ini toko tutup, mungkinkah kita berkesimpulan bahwa hari ini hari Minggu? Tidak! Apakah hari Senin toko buka? Selasa? Rabu? Dan selanjutnya. Bisa jadi ternyata hari Kamis toko itu juga tutup, namun informasi itu tidak disampaikan. Jadi kesimpulannya, pernyataan itu mungkin benar, namun bukan berarti benar.

Di jurusan Teknik Industri, ada sebuah mata kuliah Matematika Teknik, yang sekarang disebut Kalkulus III, yang mempunyai bobot 3 SKS, cukup besar dibandingkan dengan mata kuliah lainnya. Di dalam sebuah rumus yang diajarkannya, dikatakan:

  1. Jika A maka B
  2. A terjadi
  3. Kesimpulannya adalah B

Saya hanya berusaha menyetujuinya dengan alasan untuk mendapatkan nilai, tidak lebih dari itu! Bayangkan contoh berikut:

  1. Suster yang baik akan merawat pasiennya dengan teliti
  2. Suster Ani tidak merawat pasiennya dengan teliti
  3. Kesimpulannya adalah Suster Ani adalah suster yang tidak baik.

Benarkah cara penarikan kesimpulan yang demikian? Saya sangat tidak setuju. Bayangkan kasus apabila Suster Ani adalah satu-satunya suster yang bertugas di sebuah rumah sakit di daerah yang sedang terkena wabah penyakit demam berdarah, misalnya. Dia tidak merawat pasiennya dengan teliti karena dia harus menangani pasien dalam jumlah yang sangat banyak, mungkin melebihi kapasitasnya, sehingga dia mengutamakan pemberian perawatan kepada pasien-pasien yang kritis, yang nyawanya harus segera ditolong dan mengabaikan pasien-pasien yang tingkat penyakitnya tidak terlalu parah. Apakah Suster Ani tidak baik? Dia adalah suster yang baik, namun apa jadinya apabila anda mengambil keputusan berdasarkan generalisasi itu?

Pelajaran Matematika Teknik yang selalu berpegang pada prinsip jika maka, sebab akibat, ini lalu itu, dan lain sebagainya adalah mematikan logika pemikiran kita, bukan untuk mengasah logika sesuai dengan tujuan diberikannya mata kuliah itu kepada mahasiswa. Mahasiswa dipaksa untuk berpikir terpusat tanpa memperhatikan faktor-faktor lain yang terkait di dalam pembentukan sebuah peristiwa. Teknik Industri adalah cabang ilmu yang luas, tidak hanya ilmu pasti, namun juga terkait dengan aspek psikologis, mencermati segala aspek, logis, intuitif, maupun pendekatan perilaku yang serba tidak pasti. Sesuaikah pemberian mata kuliah itu kepada mahasiswa Teknik Industri? Ya, tapi hanya untuk memenuhi persyaratan kelulusan karena itu adalah mata kuliah wajib.

Satu hal yang harus diingat, antara pasti dan tidak mungkin masih banyak tingkatan-tingkatan lain, pasti, hampir pasti, seringkali, kemungkinan besar, fifty-fifty, mungkin, bisa jadi, terkadang, ada kemungkinan, jarang, jarang sekali, hampir tidak mungkin, dan tidak mungkin. Paling sedikit itu adalah menurut pendapat saya. Saya yakin anda bisa menyebutkan lebih banyak tingkatan-tingkatan kemungkinan yang lain.

Untuk anda yang suka berkata pasti atau tidak mungkin, segeralah berubah! Tidak hanya mengurangi kemonotonan dengan meningkatkan penggunaan perbendaharaan kata yang lain, namun hal itu juga dapat bermanfaat untuk mencegah terjadinya kebodohan yang bisa dihindari. Apa yang pasti di dunia ini? Apa yang tidak mungkin di dunia ini? Menurut saya, jawabannya adalah tidak ada. Begitu banyak pilihan kata, mengapa anda suka menggunakan sisi-sisi yang ekstrim saja?

Jangan pula suka mengambil keputusan dengan konsep generalisasi. Satu contoh terakhir. Ikan bertelur, paus beranak, paus bukan ikan? Hahaha. Terlihat tolol, bukan? Itulah yang terjadi apabila anda mengambil keputusan berdasarkan generalisasi atau bahasa lainnya adalah pukul rata semua kondisi. Jadi, jangan dilanjutkan ya.

Akhir kata, semua orang tidak sempurna, pasti setiap dari kita akan melakukan kesalahan, atau dengan kata lain, ”Saya tidak mau dikritik oleh orang yang saya rasa tidak lebih benar dari saya!”. Sebuah ungkapan paling bodoh untuk siapa yang tidak bersedia mengakui besarnya kesalahan yang ada pada dirinya sendiri. Tidak sependapat? Saya menunggu segala jenis tanggapan, saran, maupun kritik di email saya.

Ivan Arista S.


Email : ivan_arista@yahoo.com

MSN : ivan_arista@hotmail.com


9 comments:

Anonymous said...

Kalau paus memang bukan ikan, tapi mamalia :)

Anonymous said...

mamalia paus? :)

Anonymous said...

http://id.wikipedia.org/wiki/Paus_%28mamalia%29

Kalau lumba-lumba kan ngga dibilang ikan lumba-lumba :p

Heru said...

Itulah sebabnya di jurusan ilmu komputer dan teknik dikenal juga ilmu/teori Fuzzy. Jadi tidak hanya berbicara (melulu) ttg teori logika BENAR/SALAH, ON/OFF, HIDUP/MATI, dan sejenisnya ;)

Tenk said...

Ada bebrpa logika matematika yang ketika dikalimatkan memang jadi terkesan kurang 'logis'.Karena pikiran manusia dipengaruhi variabel-variabel lain yg terset secara otomatis. Namun, dari contoh yg anda sebut, kurang bisa mewakili itu, karena contoh2 yang anda sebut beberapa memang salah secara logika matematika. Ini kita coba telaah :
1. Hari Minggu Toko Tutup, Hari Ini Toko Tutup, Maka Hari Ini Hari Minggu

Ini secara logika matematika juga salah.
Ingat :Jika A maka B. A terjadi
Kesimpulannya adalah B.

Kalimat ini memang salah. Yang betul :Hari Minggu Toko Tutup, Hari Ini Minggu, maka Toko Tutup.

Kalo dibalik, ya jelas salah.Secara matematika juga salah.


2.Suster yang baik akan merawat pasiennya dengan teliti
Suster Ani tidak merawat pasiennya dengan teliti
Kesimpulannya adalah Suster Ani adalah suster yang tidak baik.

Memang secara matematika itu benar karena :

jika A maka B akan sama dengan negasi B maka negasi A.

Namun perlu diingat, dalam menggeneralisasi sebuah logika harus dengan constraint yang sama pula.

Jadi ada kalo anda menambahkan variable baru dengan kalimat " Dia tidak merawat pasiennya dengan teliti karena dia harus menangani pasien dalam jumlah yang sangat banyak, mungkin melebihi kapasitasnya, sehingga dia mengutamakan pemberian perawatan kepada pasien-pasien yang kritis, yang nyawanya harus segera ditolong dan mengabaikan pasien-pasien yang tingkat penyakitnya tidak terlalu parah."

Ini sudah merupakan batasan yang berbeda dari premis yang pertama.
Acuannya harus sama...


3.. Ikan bertelur, paus beranak, paus bukan ikan?

Ya ini secara matematika juga memang salah.

Karena premisnya juga salah.Karena Premis semua)ikan bertelur adalah premis yang salah.
Jika premis salah, maka kesimpulan yg kita ambil pun jadi salah.


Jadi menurut saya, terkadang logika matematika bisa menolong untk mengambil kesimpulan.Tapi kita harus 'ketat' dan 'fair' dengan variabel yang terlibat.

Tenk said...

Biar ga membingungkan.Saya coba simpulkan :
contoh 1 dan contoh 3 (dari yang sudah saya tulis) tidak menunjukkan bahwa logika matematika keliru.
Anda salah memberi rumusan secara logis matematis sehingga gagal memberi contoh untuk menunjukkan logika matematika sering tdk sama dengan logika manusia.

contoh 2 memang benar secara matematis. namun itu bertentangan dengan logis manusia.
Menurut saya hal ini dikarenakan kasusnya (variabelnya) sudah anda ubah dengan jumlah pasien yang banyak.

Kalo batasan sama, saya pikir logika matematika juga akan benar.

Anonymous said...

dicermati lagi ya, Ivan.
Menurut matematika,
A= Hari Minggu Toko Tutup
B= Hari Ini Toko Tutup
Terjadi= Hari ini hari Minggu
Kesimpulan= Toko tutup.

Sedangkan analogi yang Ivan tulis sebagai contoh tidak sesuai dengan rumus matematikanya, makanya hasilnya juga salah. Jadi yang salah bukan rumus matematikanya :)

kylintz said...

setuju, ini sebabnya ada banyak terjadi logical fallacies di masyarakat kita yang dengan mudah digunakan oleh politisi untuk "menyetir" masyarakat... khususnya mereka yang memang tidak peka terhadap kesalahan logika yang fatal seperti ini

Diogi Befa said...

Asik udah bnyak guru matematika,generalisasinya jadi benar,mest hati hati kalo ngambil kesimpuln.mau nyari pulpen dulu untuk mencoret pernyataan agar hasil darindua premis bisa di simpulkan dngn benar,he he,mana yang A mana yang B...?nggak ada yng X atau Y ya..?