Contact Me

Feel free to discuss @ivan_arista


Friday 1 May 2009

www.stopmerokok.com

www.stopmerokok.com


”Saya ingin berhenti merokok, namun tidak bisa”. ”Itu namanya kecanduan nikotin. Saya dulu juga begitu, tetapi sekarang sudah bisa, klik saja www.stopmerokok.com”. Pernahkah anda melihat iklan tersebut di televisi? Itu adalah cuplikannya. Cukup menarik, ternyata upaya membuat seorang perokok untuk berhenti merokok telah ditangkap sebagai peluang bisnis yang sedemikian besar oleh perusahaan obat Pfizer.

Mengapa sampai ada bisnis untuk menghentikan perokok-perokok dari kebiasaannya? Setidaknya, saya yakin bahwa ide ini digagaskan oleh orang yang memahami bahaya merokok bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Jika tidak maka penggagas ide ini adalah orang yang tidak suka melihat orang lain merokok. Saya tidak ingin membahas bahaya atau dampak merokok dari segi ilmiah. Sesuai dengan tema tulisan-tulisan yang saya buat yang berjudul life story, maka saya lebih suka melihat bagaimana tanggapan kita terhadap perokok dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pernahkah anda mengkonsumsi makanan yang kadaluarsa? Sebut saja mie instant atau roti yang tanggal kadaluarsanya telah terlewat beberapa minggu atau mungkin beberapa hari saja. Saya sangat yakin bahwa anda tidak akan mengkonsumsinya. Padahal, apa dampak yang anda dapatkan dari mengkonsumsi makanan yang kadaluarsa tersebut? Tidak dituliskan apa efeknya, namun dampak paling parah adalah sakit perut, muntaber, dan penyakit pencernaan lainnya yang relatif mudah disembuhkan.

Bagaimana dengan perokok? Jelas-jelas sudah dituliskan bahwa merokok dapat menyebabkan serangan jantung, gangguan kehamilan, janin, dan impotensi. Bukankah dampak ini jauh lebih berat daripada dampak yang dihasilkan dari mengkonsumsi makanan yang kadaluarsa? Saya yakin perokok-perokok tidak mau mengkonsumsi makanan yang kadaluarsa, namun mereka justru mau mengkonsumsi rokok yang dampaknya telah dengan jelas dinyatakan lebih berbahaya. Dengan demikian, saya menyimpulkan sebagai poin pertama bahwa perokok itu bodoh.

Sebagai pembahasan yang kedua, saya menganggap perokok sebagai seseorang yang egois. Bagaimana bisa? Bayangkan apabila seseorang merokok, apa yang dihasilkan? Abu dan asap. Abu dan asap ini tidak ikut dikonsumsi oleh perokok, namun justru dibagi-bagikan kepada orang lain. Menurut pemahaman yang selama ini beredar di kalangan terpelajar, perokok pasif memiliki dampak kesehatan yang lebih buruk dibandingkan perokok itu sendiri karena perokok pasif mengkonsumsi zat-zat buangan yang merupakan residu yang lebih berbahaya daripada rokok itu sendiri. Bagaimana dapat dikatakan adil jika seorang perokok hanya menghisap bagian yang enak dan memberikan hal yang tidak enak kepada orang lain? Bukankah dia egois? Dia akan menjadi tidak egois apabila dia merokok di ruang tertutup dan asap yang dia hasilkan juga dikonsumsinya sendiri. Dengan demikian adil sudah, si perokok bertanggungjawab atas asap yang dihasilkannya sendiri. Atau ada juga alternatif lain yaitu pikirkan cara bagaimana merokok tanpa menghasilkan asap.

Seringkali saya heran, mengapa pengkonsumsi narkotika atau minuman keras bisa ditangkap polisi namun perokok tidak? Menurut saya, pengkonsumsi narkotika apalagi minuman keras hanya merusak diri mereka sendiri tanpa mengganggu orang lain. Dari minuman yang mereka minum, mereka yang merasakan nikmatnya, namun mereka sendiri juga yang merasakan dampaknya. Demikian pula dengan narkotika, mereka sendiri yang mengkonsumsi, mereka sendiri yang merasakan nikmat sesaat, dan mereka sendiri yang bertanggungjawab. Hal ini masih lebih dapat ditoleransi dibandingkan perokok yang mencelakakan orang lain, bukan? Oleh sebab itu, saya senang sekali apabila boleh berkata bahwa perokok lebih parah dibandingkan dengan pecandu narkotika apalagi ”hanya” pecandu minuman keras.

Yang terakhir, perokok jelas boros. Sama halnya dengan membakar kertas dan tembakau, apa yang mereka dapatkan? Tidak ada dampak positif apapun yang mereka dapatkan. Bukankah hal ini sama dengan membakar uang kertas? Perokok menghabiskan uang untuk membeli sesuatu yang habis mereka bakar, untuk apa? Apabila ingin mengkonsumsi zat berbahaya, tidak perlu membayar, cukup menghirup asap kendaraan bermotor di jalan raya, sama saja bukan? Hal ini malah gratis!

Berdasarkan sebuah berita di televisi, masih banyak penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan kurang dari US$2 per hari. Namun kondisi ini seakan-akan terbalik melihat jumlah perokok di Indonesia yang sangat banyak. Dalam berita itu juga dijelaskan berdasarkan survey yang mereka buat, kepala keluarga miskin yang perokok lebih mementingkan membeli rokok dibandingkan membeli makanan untuk keluarga mereka. Harga rokok yang tidak murah mereka mampu beli. Benar-benar miskinkah mereka? Saya rasa tidak. Sayang sekali saya lupa kapan berita ini ditayangkan, namun saya berharap cerita tersebut cukup menggambarkan kondisi yang ada saat ini.

Kesimpulannya, perokok adalah seseorang yang bodoh, egois, dan boros! Hal ini berlaku baik bagi mereka yang merokok sekali-kali hingga pecandu berat, dari yang merokok di tempat umum maupun di rumah, dan dalam kondisi apapun. Jadi, tidak ada jalan lain, berhentilah merokok!

Sebarkanlah artikel ini kepada teman-teman anda yang merupakan perokok, dengan harapan dia dapat mengurangi atau bahkan berhenti merokok. Hal ini bisa menjadi bentuk kepedulian anda terhadap teman dan saudara anda. Tidak perlu kuatir, saya bersedia bertanggungjawab atas artikel yang saya buat.

Akhir kata, semua orang tidak sempurna, pasti setiap dari kita akan melakukan kesalahan, atau dengan kata lain, ”Saya tidak mau dikritik oleh orang yang saya rasa tidak lebih benar dari saya!”. Sebuah ungkapan paling bodoh untuk siapa yang tidak bersedia mengakui besarnya kesalahan yang ada pada dirinya sendiri, pengecut. Tidak sependapat? Saya menunggu segala jenis tanggapan, saran, maupun kritik di email saya.


Ivan Arista S.
Student of MBA Program, NTUST - Taipei