Contact Me

Feel free to discuss @ivan_arista


Saturday 7 March 2009

PENDETA SEKALIGUS PENCURI, MUNGKINKAH ?

PENDETA SEKALIGUS PENCURI, MUNGKINKAH ?

Sekali lagi dari pernyataan tersebut di atas, jangan pernah memikirkan suatu masalah dari segi rasional. Terkadang intuisi anda harus juga dijalankan! Secara logika hal tersebut memang tidak mungkin mengingat dua hal tersebut adalah dua hal yang mempunyai sifat yang bertentangan, namun apabia kita mau melihat pada kenyataan, maka hal tersebut adalah hal yang sangat mungkin atau bahkan sering terjadi di kehidupan nyata. Dengan demikian masihkah kita selalu berpegang teguh pada logika dan prinsip kebenaran yang ada pada otak kita? Buang jauh-jauh semua itu!

Ya, kehidupan manusia tidak akan bisa dilepaskan dari seluruh aspek yang melekat di dalam kehidupannya. Seorang ayah bagi anak, seorang suami bagi istri, seorang direktur bagi karyawan, seorang anak bagi orang tua, seorang upline bagi downline, seorang rekan bisnis bagi pemegang saham perusahaan lainnya, semua aspek tersebut bisa muncul dalam diri satu orang yang sama, namun layakkah hal tersebut memunculkan hal-hal yang bertentangan?
Seringkali masyarakat awam membeda-bedakan, mana yang harus dihukum lebih berat antara guru agama yang memperkosa siswanya dibanding dengan orang biasa yang memperkosa orang lain? Mana yang harus dihukum lebih berat antara polisi yang kedapatan mencuri dibanding dengan warga biasa yang kedapatan mencuri? Mana yang imagenya lebih buruk, dokter yang merokok atau tukang becak yang merokok? Saya terkadang bingung apakah benar yang satu lebih bersalah dibandingkan yang lain atau memang saya yang benar, keduanya sama-sama salah? Kita diciptakan sederajat, sama-sama manusia satu pencipta. Perbedaan-perbedaan itu hanya ada pada pandangan masyarakat umum terhadap kita. Kita tidak akan pernah bisa merubah pola pikir mayoritas karena hal tersebut memang merupakan hak asasi dan kebebasan masing-masing individu, namun apakah kita tetap akan membeda-bedakan mana yang lebih benar dan mana yang lebih bersalah?

Orang-orang yang tidak mau ambil pusing akan berkata, ”Ah, buat apa gitu saja diperdebatkan? Kurang kerjaan ya? Paling baik ya jangan berbuat salah!”. Namun mungkinkan kita benar-benar sempurna tanpa melakukan kesalahan? Tidak mungkin! Kita adalah manusia yang berdosa di mata Tuhan. Hal yang bisa kita lakukan adalah hanya dengan berusaha untuk menekan kesalahan-kesalahan tersebut seminimal mungkin dan juga dengan menghindari pertentangan dari aspek-aspek yang ada di dalam kehidupan kita seminimal mungkin karena meskipun sama-sama bersalah, dokter yang merokok akan dipandang jauh lebih bersalah daripada tukang becak yang merokok. Benar, bukan?

Implementasi

Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Kristen Petra adalah satu-satunya lembaga kemahasiswaan yang ada di dalam Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Petra. Lembaga ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu menjadi penyambung antar mahasiswa dan penyambung mahasiswa dengan jurusan. Sebagai visi dan tujuan dibentuknya lembaga tersebut, maka setiap anggota yang terlibat di dalamnya tentunya akan menjalankan visi tersebut, terlebih bagi para fungsionaris yang telah bersedia untuk mengambil porsi lebih dengan terlibat aktif di kepengurusan HIMATITRA. Namun kenyataannya?

Banyak fungsionaris yang lebih malas dibandingkan dengan mahasiswa biasa, mereka sering menunda-nunda waktu, lebih parah daripada mahasiswa biasa. Sepengetahuan saya selama berkesempatan menjadi fungsionaris selama dua periode, mengulur-ulur waktu yang dilakukan oleh para fungsionaris jauh lebih parah dibandingkan mahasiswa biasa yang mengulur-ulur waktu. Sebuah proposal bisa molor sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan, sampai setahun hingga pada akhir periode dampaknya melanda sebagian fungsionaris yang tidak menjalankan program. Apakah ini tidak lebih parah dibandingkan dengan mahasiswa biasa yang menunda pengumpulan tugas ”hanya” tidak sampai seminggu?

Ada lagi fenomena lain... Beberapa (Yang jelas lebih dari satu) fungsionaris yang terlibat di dalam grup-grup, geng-geng, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas, entah apapun namanya. Salahkah mereka? Tidak! Itu adalah hak masing-masing individu untuk mau berinteraksi dengan si-A dan tidak suka berinteraksi dengan si-B. Namun apabila yang melakukannya adalah fungsionaris Himatitra yang bertujuan untuk mengakrabkan mahasiswa antar individu, antar angkatan, dan antar golongan, bagaimana pendapat mahasiswa biasa? Dua hal yang bertentangan muncul di dalam aspek yang ada di dalam diri fungsionaris.

Mau contoh lain? Perhatikan ucapan ini, ”Saya sudah bukan fungsionaris lagi, masa jabatan saya sudah habis. Saya merasa sudah memberikan apa yang saya mampu selama saya menjabat”. Kalau boleh saya sadur ulang, samakah kalimat tersebut dengan: ”Selama saya jadi fungsionaris, saya harus menjalin hubungan baik dengan siapapun, namun setelah periode kepengurusan saya sudah habis, bebas dong saya mau melakukan apa?”. Jika dianalogikan dengan lebih ekstrim, ”Seorang pendeta di gereja tidak boleh berbicara kotor namun setelah tidak berperan sebagai pendeta, hal itu boleh-boleh saja.”

Akhir kata, semua orang tidak sempurna, pasti setiap dari kita akan melakukan kesalahan, atau dengan kata lain, ”Saya tidak mau dikritik oleh orang yang saya rasa tidak lebih benar dari saya!”. Sebuah ungkapan paling bodoh untuk siapa yang tidak bersedia mengakui besarnya kesalahan yang ada pada dirinya sendiri, pengecut. Tidak sependapat? Saya menunggu segala jenis tanggapan, saran, maupun kritik di email saya.

Ivan Arista S.
Graduate Student, School of Management, MBA Program
National Taiwan University of Science and Technology
Keelung Rd., Sec. 4, # 43, Taipei 106, Taiwan, R.O.C.
Email : ivan_arista@yahoo.com
MSN : ivan_arista@hotmail.com
www.friendster.com/ivanarista
www.ivanarista.blogspot.com
Mobile : +886 915 410 744