Contact Me

Feel free to discuss @ivan_arista


Thursday 18 September 2008

Life Story-04: Buang sampah tidak hanya pada tempatnya, namun sesuaikan juga dengan jenisnya!

Buang sampah tidak hanya pada tempatnya, namun sesuaikan juga dengan jenisnya!

Sebuah pengalaman berharga menurut saya yang secara tidak sengaja saya dapatkan ketika saya sedang berjalan-jalan bersama beberapa orang teman saya di sebuah mal di Jakarta…

Alkisah, ada seseorang mempunyai karakter yang cukup kuat melekat pada dirinya. Orang-orang yang sehari-hari berada di dekatnya tidak mungkin tidak mengerti karakter yang ada pada diri orang tersebut. Cukup keras kepala, perfeksionis, setidaknya hal itulah yang muncul dari pengakuannya sendiri. Hal itu tercermin di dalam perilaku sehari-hari, suatu ketika pada saat ada seseorang yang berusaha untuk mengubah konsep berpikirnya, dengan jelas dia mengatakan, ”Jangan pernah mencoba untuk mengubah konsep berpikir dan keputusan yang telah saya buat, karena saya tidak akan melakukan hal tersebut”. Dari sana, saya berpikir mungkin idealisme yang ada pada diri orang tersebut adalah hal yang positif menurut dirinya sehingga layak untuk dipertahankan. Pandanglah dari segi positif, setidaknya dengan keteguhan hati yang dimilikinya, dia pasti memiliki tanggung jawab yang sesuai besarnya.
Suatu hari, di sebuah toko baju di dalam mal, ada model baju yang cukup menarik perhatian saya. Kaos standar kain katun warna hitam polos dan putih polos, merk tidak terkenal, dengan harga yang cukup mahal dibandingkan kaos sejenis, namun menjadi tidak mahal akibat ide kreatif designer baju yang mendeskripsikan karakter-karakter manusia. Agreeable, Extrovert, ..., ..., dan yang terakhir adalah Perfectionist. Hmmm... Cukup kebetulan menurut saya, namun dapat membantu eksplorasi karakter yang ada pada diri teman saya tersebut. Karena teman saya itu begitu yakin bahwa karakter yang melekat pada dirinya adalah suatu hal yang baik, baik menurut saya karena dia tidak berusaha menghilangkan namun malah menonjolkannya, maka saya mengajaknya untuk membeli kaos tersebut.
Di luar dugaan, ”Mana mau aku pake baju ada tulisan’e perfectionist?”. Itu adalah ucapan yang keluar darinya ketika saya mengajaknya untuk membeli bersama kaos tersebut. Lho...?!?!?! Sejenak dua hal yang bertentangan muncul di pikiran saya. Bukankah dia begitu bangga dengan karakternya? Ketika ada media yang tepat untuk itu, dia malah menganggapnya sebagai sesuatu yang negatif, malah mungkin sesuatu yang menurutnya memalukan. Positif Vs. Negatif? Mana yang benar? Meskipun itu bukan satu-satunya alasan untuk tidak mau membeli, di samping karena size yang menurutnya tidak sesuai, tetaplah itu menjadi suatu pertanyaan besar buat saya.
Beberapa saat sebelum kita melihat kaos tersebut, kami masuk ke dalam sebuah toko sepatu yang tulisannya sedang mengadakan sale. Saya masuk dan tertarik untuk melihat beberapa pasang sepatu pada display, setelah melihat-lihat beberapa barang, saya mengembalikannya ke rak display, namun tanpa disangka teman saya tersebut membalik-balik sepatu yang saya kembalikan tersebut. Saya bertanya-tanya kepada teman saya yang lain, mengapa? Ternyata jawabannya adalah karena sepatu-sepatu display yang lain dipajang menghadap ke kanan namun saya mengembalikannya tidak benar karena ada beberapa yang menjadi menghadap ke kiri. Apakah itu adalah sebuah kesalahan? Tidak menurut saya, tidak ada tulisan mengembalikan sepatu harus menghadap ke kanan atau sejenisnya, namun ternyata dia mengembalikannya menghadap ke kanan. Biarlah itu dilakukannya, mungkin dia sedang menumpuk kebaikan dengan membantu tugas si SPG atau mungkin dia ingin berlatih menjadi SPG? Dia sendiri yang tahu.
Beberapa hari berselang, di pabrik tempat saya magang bersama dengannya, ada rekan sekerja saya yang ”salah” membuang sampah. Sudah pada tempatnya namun tidak sesuai dengan golongan sampah yang seharusnya, sampah plastik dimasukkan ke dalam tong sampah non plastik berwarna kuning. Saya juga tidak tahu apakah itu adalah sebuah kesalahan, menurut saya hal itu bukanlah suatu masalah karena tidak ada tulisan di tong sampah itu dan saya rasa hampir semua orang salah membuang sampah ke sana baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Diapun menegur teman saya yang menurutnya salah membuang sampah itu, ”Kamu salah tempat sampah, itu tempat sampah bukan plastik.”. Saya teringat kejadian di toko sepatu dan menyeletuk, ”Kalau kamu merasa itu adalah sebuah kesalahan, pungut saja dan buang ke tempat yang menurutmu benar”. Saya berpatokan pada peristiwa di toko sepatu tentang tindakan langsung yang dilakukannya ketika dia menjumpai sebuah kesalahan, namun setelah ditunggu-tunggu ternyata peristiwa pungut sampah itu tidak terjadi. Sayapun kecewa. Mengapa? Mungkinkah dia sedang tidak ingin menumpuk kebaikan dengan membantu tugas si petugas kebersihan atau mungkin dia tidak ingin berlatih menjadi petugas kebersihan? Dia sendiri yang tahu, namun sekali lagi itu menjadi dua hal yang bertentangan.
Akhir kata, semua orang tidak sempurna, pasti setiap dari kita akan melakukan kesalahan, atau dengan kata lain, ”Saya tidak mau dikritik oleh orang yang saya rasa tidak lebih benar dari saya!”. Sebuah ungkapan paling bodoh untuk siapa yang tidak bersedia mengakui besarnya kesalahan yang ada pada dirinya sendiri, pengecut. Tidak sependapat? Saya menunggu segala jenis tanggapan, saran, maupun kritik di email saya.

Ivan Arista
ivan_arista@yahoo.com+628123100679